How do I know I have fallen in love

Siang sampai sore ini, gue akhirnya membagikan rahasia yang hanya diketahui oleh dua orang selain diri gue sendiri dan Tuhan. Sekarang, jadi ada tiga orang yang tahu. Orang ketiga ini adalah Rheza. Hahaha.

Akhirnya dia tahu salah satu tindakan gila gue. Nggak perlu gue ceritain kali ya rahasia gue di sini. Tapi, ini berhubungan dengan tulisan, orang yang gue suka, dan otak gue yang gila.

Jenny: Anjir, malu gue kalau dia tau. Hahaha.

Rheza: Iyeee, galau banget sumpah.

Rheza: How do you know you’re in love, Jen?

Pas disodorin pertanyaan kayak gini, gue bengong bentar. Dan posisinya gue lagi nggak elit sumpah. Muka udah lecek karena nemenin nyokap muterin ujung ke ujung Hypermart, ditambah dengan kelaparan yang melanda, mulut melongo mikirin pertanyaan Rheza.

*nggak usah dibayangkan*

*takutnya mimpi buruk*

302563_original

How do I know I have fallen in love?

Gimana ya? Agak susah sih.

Menurut gue, itu adalah proses. Dari yang tadinya kenal doang, temenan, lalu ada satu-dua hal yang dari diri dia membuat kita suka sama dia, dan akhirnya perasaan itu jadi lebih kompleks lagi.

Ketika pandangan gue terhadap ‘dia’ bergeser mengikuti perasaan yang makin kompleks itu, ketika itulah gue sadar kalau gue jatuh cinta sama dia.

Sesimpel itu sih kalimatnya, tapi perasaannya… jauh lebih kompleks. x))

Yang tadinya biasa aja pas ngeliat foto bareng dia, lama-lama jadi senyum-senyum sendiri.

Yang tadinya biasa aja pas ngeliat tu orang muncul di Timeline Twitter, lama-lama jadi kepoin dia.

Yang tadinya… bentar, ini gue lagi jatuh cinta apa gila sih?

*toyor kepala sendiri*

Mungkin nggak banyak hal yang bisa gue jelasin secara teoritis tentang jawaban dari judul postingan ini. Tapi ya, yang gue jabarkan ya jawaban gue pribadi atas pertanyaan tersebut.

Sejauh ini sih, ketika gue jatuh cinta, kadang-kadang gue nulis untuk orang itu. Kadang cerpen, cerbung, surat, atau cuma sekadar curhatan nggak jelas gitu aja sih.

Ketika lagi jatuh cinta dengan Tuan A, gue bikin surat buat dia (yang tidak dikirimkan untuk dia, ya. Ogah kalau dia sampe baca T^T)

Ketika dulu gue jatuh cinta sama (sebut saja, D), gue bikin cerpen tentang dia. Begitupula pas gue patah hati gara-gara tu orang. *tenggelemin orangnya di laut*

*toh emang orangnya pelayar*

Dan ya… gitu. Kadang orang jatuh cinta itu suka melakukan hal ‘gila’. Kalau dalam kasus gue, ‘gila’-nya gue adalah menulis tentang dia. Hihihi. Tapi gue menganggap, gilanya itu ya gila ke diri gue sendiri aja. Gue nggak mau dia tahu kegilaan gue.

Oh, please. Kadang gue bisa sangat memalukan, wkwkwk. Makanya gue nggak mau dia tahu—sekalipun temen-temen gue ngomong bahwa tindakan gila gue (tulisan tentang dia) adalah hal yang romantis.

Dalam hal menulis, dalam hal akademik, mungkin gue bisa jadi orang yang paling optimis—sekalipun bukan yang paling pintar. Tapi untuk urusan perasaan gini, kadang gue bisa jadi sangat sangat sangat pesimis. Mungkin pengalaman pahit berkali-kali bikin gue agak kapok untuk coba jatuh cinta lagi.

*setel lagu dangdut: Jatuh Bangun*

*ambil tisu*

Sekalipun bisa jatuh cinta lagi, pasti lebih milih untuk hati-hati banget. Cenderung kayak menjauh dari ‘dia’ malah.

Makanya, ketika gue nulis tentang ‘dia’, gue nggak mau dia tau. Menurut temen-temen gue romantis, menurut gue ya agak memalukan, menurut dia?

Kalau menurut dia hal itu annoying, artinya gue lebih memalukan lagi.

*hela napas*

Baiklah, sampai sini aja curahan hati dek Jenny. #halah Jangan sampai ‘dia’ mulai menebak-nebak dan berpikiran makin aneh tentang gue. Dia belum bales perasaan gue aja, udah lumayan menyedihkan. Apalagi kalau dia menjauh karena kegilaan gue. 😐

*abaikan*

xoxo,

 

Jenny Thalia Faurine

One thought on “How do I know I have fallen in love

Leave a comment